MENDENGAR namanya, bisa mengundang senyum. Kok, ada
angin yang duduk sih? Namun tahukah Anda, bahwa angin duduk sangat
berbahaya bagi kita. Harus dipahami, gejala angin duduk memang seperti
masuk angin biasa, tapi ternyata angin duduk beresiko sangat tinggi.
Bahkan, bisa menimbulkan kematian. Bayangkan saja, dalam tempo 15-30
menit mereka yang terserang gangguan ini bisa menghembuskan napas
terakhir, padahal sebelumnya sehat-sehat saja.
Foto: IstimewaAngin
duduk dalam dunia kedokteran dikenal dengan Sindrom Serangan Jantung
Koroner Akut (SSJKA). Menurut Guru Besar Bidang Ilmu Penyakit Dalam
FKUI, Prof DR Dr Teguh Santoso, Sp.PD, angin duduk merupakan gangguan
penyakit berbahaya. Selama ini sindrom serangan jantung koroner akut
banyak disikapi masyarakat dengan tindakan yang salah. Misalnya,
penderita dikerok, diberi minuman air panas, atau diberi ramu-ramuan
untuk mengeluarkan angin. Padahal, itu tindakan yang salah!
Foto: IstimewaGejala
angin duduk diawali dengan adanya keluhan nyeri di dada bagian tengah
seperti: rasa ditekan, rasa diremas-remas, menjalar ke leher,lengan kiri
dan kanan, serta ulu hati, rasa terbakar dengan sesak napas dan
keringat dingin. Keluhan nyeri ini bisa merambat ke kedua rahang gigi
kanan atau kiri, bahu, serta punggung.
Lebih spesifik, ada juga yang disertai kembung pada ulu hati seperti
masuk angin atau maag. Sumber masalah sesungguhnya hanya terletak pada
penyempitan pembuluh darah jantung (
vasokonstriksi). Penyempitan ini diakibatkan oleh empat hal:
Foto: Istimewa
1. Adanya timbunan-lemak (
aterosklerosis) dalam pembuluh darah akibat konsumsi kolesterol tinggi.
2. Sumbatan (
trombosis) oleh sel beku darah (
trombus).
3.
Vasokonstriksi atau penyempitan pembuluh darah akibat kejang yang terus-menerus.
4.Infeksi pada pembuluh darah.
Penyempitan itu mengakibatkan berkurangnya oksigen yang masuk ke
dalam jantung. Karena adanya ketidak-seimbangan pasokan dengan kebutuhan
oksigen pada tubuh, mengakibatkan nyeri dada yang dalam istilah
medisnya disebut 'angina'.
Namun, hendaknya dibedakan antara keluhan nyeri pada sindrom serangan
jantung koroner akut (SSJKA) dengan serangan jantung koroner (SJK, atau
infark miokard). Pada SJK, 'angina' terjadi akibat sumbatan
total pembuluh darah jantung karena aktivitas fisik yang berlebihan.
Sementara pada SSJKA 'angina' terjadi akibat sumbatan tidak total yang
dirasakan saat istirahat.
Foto: Istimewa“SSJKA
ini memang mendadak. Bukan karena capek, masuk angin, atau
penyakit-penyakit lainnya. Biasanya penderita akan meninggal paling lama
lima belas menit setelah keluhan rasa nyeri pertama kali dirasakan,”
kata Teguh.
Masyarakat diminta waspada terhadap keluhan 'angina' ini. Soalnya,
penderita sebelum terserang akan tampak sehat-sehat saja. Solusi
satu-satunya hanyalah melonggarkan sumbatan yang terjadi, yaitu dengan
memberikan obat anti
platelet (sel pembeku darah) dan anti
koagulan. Atau, obat untuk mengantisipasi ketidak-seimbangan
supply
oksigen dan kebutuhan oksigen. Misalnya nitrat, betabloker, dan kalsium
antagonis. Sayangnya, kondisi rumah sakit di Indonesia tidak terlalu
bisa diharapkan untuk pengobatan SSJKA. Jika rumah sakit terlambat
menangani pasien disarankan agar penderita yang sudah tahu bahwa dirinya
memiliki gangguan jantung sebaiknya membawa tablet
antiplatelet ke manapun pergi.
Obat
antiplatelet yang paling murah dan gampang di cari adalah
aspirin.
Obat ini selain bermanfaat sebagai pertolongan pertama mengatasi nyeri,
juga dapat melonggarkan kembali pembuluh darah yang tersumbat oleh
thrombosit atau
platelet (sel pembeku darah).
sumber:
http://www.tnol.co.id/id/bugar/10856-angin-duduk-dan-bahaya-yang-menyertai.html