TBC Paru adalah…

"
TBC adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Basil Mycobacterium Tuberculosis atau
basil tuberkel yang tahan asam. Penularannya melalui udara apabila
orang yang menderita TBC dalam paru-paru atau tenggorokan batuk, bersin
atau berbicara sehingga...
TBC adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Basil Mycobacterium Tuberculosis atau
basil tuberkel yang tahan asam. Penularannya melalui udara apabila
orang yang menderita TBC dalam paru-paru atau tenggorokan batuk, bersin
atau berbicara sehingga kuman/basil dilepaskan ke udara. Kuman/basil
dapat bertahan beberapa jam dalam suhu kamar/lingkungan rumah, maka jika
ada orang disekitar penderita maka kuman/basil akan mudah menular ke
semua orang disekitarnya/yang kontak dengan penderita. Kebanyakan orang
mendapat/tertular kuman TBC adalah orang yang sering berada di dekat
penderita, seperti anggota keluarga, teman atau rekan kerja. Karena
orang yang terdekat dan paling sering kontak/berkomunikasi dengan
penderita adalah keluarganya, maka orang mengetahui dan menduga penyakit
TBC adalah penyakit keturunan dan sulit untuk disembuhkan. Sehingga
perlu adanya pemahaman dan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
penderita dan keluarga untuk mencegah penularan/penyebaran penyakit.
Meskipun
penderita tinggal di lingkungan yang kurang sehat dan kondisi sosial
ekonomi yang kurang mendukung diharapkan penderita dan orang-orang yang
ada disekitarnya/keluarga melaksanakan perilaku
hidup sehat/tindakan-tindakan pencegahan dengan benar sesuai anjuran/arahan petugas puskesmas dalam upaya menekan semakin meningkatnya angka kesakitan dan kematian yang disebabkan TBC Paru di masyarakat. Misalnya dengan cara penemuan kasus secara dini dengan mengenal tanda dan gejala TBC, minum obat secara teratur, menutup mulut waktu bersin/batuk, tidak meludah disembarang tempat, menjemur tempat tidur penderita, meningkatkan ventilasi dan pencahayaan rumah penderita (membuka pintu dan jendela terutama saat pagi, pemasangan genteng kaca karena kuman TBC akan mati jika terpapar sinar matahari/sinar ultra violet) dan memisahkan alat-alat yang telah digunakan penderita karena kemungkinan sudah terkena basil TBC yang dapat menular pada orang lain serta menerapkan pola hidup sehat dalam masyarakat dengan mengkonsumsi makanan bergizi.
hidup sehat/tindakan-tindakan pencegahan dengan benar sesuai anjuran/arahan petugas puskesmas dalam upaya menekan semakin meningkatnya angka kesakitan dan kematian yang disebabkan TBC Paru di masyarakat. Misalnya dengan cara penemuan kasus secara dini dengan mengenal tanda dan gejala TBC, minum obat secara teratur, menutup mulut waktu bersin/batuk, tidak meludah disembarang tempat, menjemur tempat tidur penderita, meningkatkan ventilasi dan pencahayaan rumah penderita (membuka pintu dan jendela terutama saat pagi, pemasangan genteng kaca karena kuman TBC akan mati jika terpapar sinar matahari/sinar ultra violet) dan memisahkan alat-alat yang telah digunakan penderita karena kemungkinan sudah terkena basil TBC yang dapat menular pada orang lain serta menerapkan pola hidup sehat dalam masyarakat dengan mengkonsumsi makanan bergizi.
Riskesda
(2008:105) prevalensi TB paru cenderung meningkat sesuai bertambahnya
usia dan prevalensi tertinggi pada usia lebih dari 65 tahun. Prevalensi
TB Paru 20% lebih tinggi pada laki-laki dibanding perempuan dan tiga
kali lebih di pedesaan dibandingkan perkotaan dan empat kali lebih
tinggi pada pendidikan rendah dibandingkan di pendidikan tinggi. Dalam
Gerdunas-TBC, (2002c: 3) Penularan TBC akan lebih mudah terjadi jika
terdapat dalam situasi hunian padat (overcrowding) , sosial ekonomi yang tidak menguntungkan (social deprivation),
lingkungan pekerjaan dan perilaku hidup tidak sehat dalam masyarakat.
Depkes RI, (2008: 5). Yang beresiko tertular TBC Paru diantaranya
orang-orang yang kontak fisik secara dekat dengan penderita, orang-orang
tua, anak-anak, orang-orang bertaraf hidup rendah dan memiliki akses
rendah terhadap fasilitas kesehatan serta orang-orang yang sedang sakit
dan turun daya tahan kekebalan tubuhnya. Faktor yang mempengaruhi
kemungkinan seseorang menjadi penderita TB adalah daya tahan tubuh yang
rendah diantaranya karena gizi buruk atau HIV/AIDS. Resiko penularan
setiap tahun di Indonesia dianggap cukup tinggi dan bervariasi ( Annual Risk of Tuberculosis Infection = ARTI ) antara 1-3% dan 50 persennya dengan BTA positif.
Adanya
kontak dengan BTA positif dapat menjadi sumber penularan yang berbahaya
karena berdasarkan penelitian akan menularkan sekitar 65% orang di
sekitarnya (Depkes IDAI, 2008: 12). Kasus seperti ini sangat infeksius
dan dapat menularkan penyakit melalui batuk, bersin dan percakapan, juga
peralatan yang terkontaminasi kuman TBC. Semakin sering dan lama
kontak, makin besar pula kemungkinan terjadi penularan. Sumber penularan
bagi bayi dan anak yang disebut kontak erat, adalah orangtuanya, orang
serumah atau orang yang sering berkunjung. Bakteri ini sangat lambat
pertumbuhannya, mereka memecah diri setiap 16-20 jam. Matinya juga
sangat lambat, perlu waktu sedikitnya 6 bulan bagi obat-obatan yang ada
untuk membunuh seluruh bakteri. Dengan pengobatan TBC yang lama dan
perlu adanya ketelatenan dari penderita untuk tetap teratur mengkonsumsi
obat yang diberikan (Obat Anti Tuberkulosis/OAT). Kuman TBC hanya dapat
dibasmi dengan obat-obatan (program DOTS yang memerlukan Pengawas Minum
Obat/PMO untuk mengawasi/mengingatkan penderita minum obat) yang
disertai makan makanan bergizi serta pola hidup sehat. Sehingga selama
terapi perlu adanya pemahaman bahwa masih ada kemungkinan terjadi
penularan pada orang disekitarnya/khususnya keluarga jika tidak
dilakukan tindakan pencegahan penularannya baik oleh penderita maupun
orang disekitarnya khususnya keluarga untuk mendukung terlaksananya
program terapi. Depkes (2008: 3) Sekitar 75% Pasien TB adalah kelompok
usia paling produktif secara ekonomis (15-50 tahun). Diperkirakan
seorang pasien TB dewasa, akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3-4
bulan. Hal tersebut berakibat pada kehilangan pendapatan tahunan rumah
tangganya sekitar 20-30%. Jika dia meninggal akibat TB, maka akan
kehilangan pendapatan sekitar 15 tahun. Selain merugikan secara
ekonomis, TB juga memberikan dampak buruk lainnya secara sosial stigma
bahkan dikucilkan oleh masyarakat. Depkes (2008: v) Kerugian yang
diakibatkan sangat besar, bukan hanya aspek kesehatan semata tetapi juga
dari aspek sosial maupun ekonomi. Dengan demikian TB merupakan ancaman
terhadap cita-cita pembangunan meningkatkan kesejahteraan rakyat secara
menyeluruh. Karenanya perang terhadap TB berarti pula perang terhadap
kemiskinan, ketidakproduktifan dan kelemahan akibat TB.
sumber: http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2012/04/12/tbc-paru-adalah/
sumber: http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2012/04/12/tbc-paru-adalah/
0 komentar:
Posting Komentar